CatatanLampung, Lampung Utara, Kolom Sastra – Artikel berjudul “Pelukan Terakhir di Hari Jumat” ini ditulis oleh Cikwo yang kehilangan atas pulangnya sang Ibunda menghadap Illahi Rabbi.
Kenangan untuk Ibunda tercinta Risnila Wati binti M. Zen diawali pada pagi Jumat itu tak seperti biasanya, dingin dan sunyi. Jam dinding menunjukkan pukul 06.40 saat nafas terakhir itu dihembuskan—pelan, tanpa suara, tanpa jeritan. Hanya ada keheningan, dan air mata yang diam-diam jatuh ke bantal tempat ibu terbaring.
[Sumber vidio: Cikwo (Heppy)]
Risnila Wati binti M. Zen, ibu dari enam anak yang luar biasa, wafat di rumah sulungnya, Cikwo (Heppy), di Bandar Lampung. Jauh dari rumah kediaman ibu di Kelurahan Rejosari, Kotabumi, Lampung Utara, yang berjarak lebih dari 100 kilometer.
Sepekan terakhir, kondisi ibu naik-turun.
Sudah sebulan lamanya ibu tinggal di RS CMC, menjalani cuci darah rutin—dua kali seminggu, setiap Selasa dan Jumat. Itu keputusan keluarga agar ibu lebih dekat ke rumah selama masa pengobatan, dibantu kebijakan BPJS yang memperbolehkan perawatan sementara selama sebulan.
Biasanya ibu cuci darah di RS Abdul Moeloek. Pernah juga dirawat di IGD Urip dan RS Imanuel. Setiap kali masuk, hanya dua atau tiga hari saja. Tapi terakhir kalinya, ibu dirawat cukup lama di Imanuel. Dokter menyarankan pulang untuk lihat perkembangan, dan saat itulah ibu dibawa kembali ke rumah Cikwo di Bandar Lampung.
[Sumber vidio: Cikwo (Heppy)]
Malam sebelum kepergian itu…
Cikwo tak bisa tidur. Ia tahu ada sesuatu yang berbeda. Bersama ayah, ia menemani ibu. Duduk di samping tempat tidur, memijit perlahan punggung ibu. Memandangi wajah yang makin tirus, tapi tetap teduh.
Pada Kamis malam, sehari sebelum ibu wafat, Cikwo membisikkan permintaan:
“Bu… doain Cikwo ya… biar kuat, biar sabar, biar istiqomah.”
Ibu menatap, pelan mengangguk, dan mengangkat tangan, mendoakan.
Malam itu, Cikwo juga memanjatkan doa:
“Ya Allah… kalau masih ada umur untuk ibu, sembuhkanlah. Tapi jika Engkau lebih mencintainya, izinkan kami ikhlas… berikan tempat terbaik di sisi-Mu.”
Jam berdetak pelan. Udara makin dingin. Dan menjelang Subuh, ibu mulai tenang.
Terdiam. Lalu senyap. Namun rasa tak percaya tetap menghantui.
Pagi itu juga, setelah menangis dalam diam, keluarga memutuskan untuk memastikan. Ibu dibawa ke rumah sakit terdekat di Bandar Lampung. Di sanalah, dokter mengangguk pelan:
“Beliau sudah tiada.”
Pukul 07.30 jenazah ibu dimasukkan ke mobil. Perjalanan panjang dimulai. Dari Bandar Lampung ke Kotabumi—100 kilometer yang terasa seperti ribuan kilometer. Dalam perjalanan itu, tak ada suara. Hanya isak tertahan, dan doa-doa lirih yang terus mengalir.
[Sumber vidio: Cikwo (Heppy)]
Pukul 09.30, iring-iringan sampai di rumah ibu di Kelurahan Rejosari, Kotabumi, Lampung Utara. Sudah banyak keluarga, handaitaulan, dan sahabat yang menunggu. Tangis pecah. Pelukan tak berkesudahan.
Ibu akhirnya kembali ke rumahnya. Untuk terakhir kali.
Sebelum dzuhur, jenazah disalatkan di rumah. Lalu selepas shalat Jumat, ibu disalatkan kembali di musholla terdekat.
Semua ingin ikut mendoakan. Semua ingin ikut mengantar.
Di pemakaman umum, jenazah diturunkan. Dan di sana, Adek, si bungsu, mengadzankan ibu dengan suara tercekat. Doa-doa mengalir. Langit seolah ikut menangis.
Doa Cikwo untuk Ibu…
“Ya Allah… Limpahkanlah ampunan-Mu untuk ibu kami, Risnila Wati binti M. Zen. Lapangkan kuburnya, terangkan jalannya, dan tempatkan ia di sisi orang-orang beriman. Terimalah semua amalnya, hapuskan dosa-dosanya, dan sambut ia dengan kasih-Mu sebagaimana ia menyayangi kami sejak kecil. Kabulkan semua doa-doa ibu yang pernah ia panjatkan untuk anak-anaknya. Jadikan kami anak-anak yang terus mendoakan dan mengenangnya dengan cinta dan amal kebaikan.”
[Sumber vidio: Cikwo (Heppy)]
Puisi Setelah Kepergian Ibu
Ibu..
kau pergi di hari yang paling baik
pada pagi Jumat yang sunyi, saat dunia belum benar-benar terbangun.
Kau tak teriak, tak merintih,
kau hanya diam, dan pergi
Kami tak siap, Bu
kami tak pernah siap
Malam itu, punggungmu masih hangat di tangan kami
mata kami menatapmu penuh harap
dan kau, menutup mata dalam damai.
Ibu..
kau pulang ke rumahmu, lalu ke rumah Allah
Tangismu telah berakhir, lelahmu selesai
Tapi tangis kami baru saja di mu.***
5,217 total views