CatatanLampung, Lampung Utara – Musyawarah Daerah (Musda) Partai Golkar Lampung kembali diwarnai dengan dinamika politik yang kompleks. Seperti lazimnya, setelah penataan posisi jabatan politik nasional dan daerah setiap lima tahun, partai politik di semua tingkatan melakukan evaluasi kinerja kepengurusan. Sebagai partai besar dengan slogan “Suara Golkar Suara Rakyat”, Golkar pun tidak luput dari proses konsolidasi di tingkat provinsi hingga kabupaten/kota.
Mahalli A. Syawri, S.E., Sekretaris Partai Golkar Lampung Utara periode 2004-2007 – (Sumber foto: Romli Moershaf)
Jika pada partai menengah atau kecil konsolidasi biasanya berjalan sederhana, di Golkar justru penuh intrik. Penentuan jadwal Musda saja harus melalui tarik ulur dengan berbagai alasan, mulai dari bertepatan dengan bulan suci hingga persoalan teknis pemesanan hotel.
Di balik proses tersebut, para kader mapan yang telah memiliki jabatan politik bergerak dengan strategi masing-masing. Ada yang menggunakan pendekatan bottom-up, ada pula yang top-down, sesuai karakter dan kemampuan pribadi.
- Kader petarung langsung menyasar pemilik suara untuk menggalang komitmen politik.
- Kader penghubung sibuk melakukan silaturahmi dan lobi dengan pemilik kekuasaan serta logistik, sehingga memiliki pijakan kuat di “dua kaki”.
- Kader panggung hanya menjalin komunikasi dengan banyak pihak tanpa fokus, sehingga belum siap terjun dalam arena Musda.
Dinamika terakhir yang mencuat memperlihatkan bahwa kader penghubung diprediksi bakal ditetapkan sebagai nahkoda baru Partai Golkar Lampung. Namun, hal ini menimbulkan keraguan di kalangan internal. Banyak pihak menilai sulit berharap ada perubahan signifikan, mengingat capaian Golkar pada Pileg dan Pilkada 2024 belum menunjukkan hasil yang menggembirakan.
Kritik pun muncul terhadap kemungkinan terpilihnya kader senior (lansia) yang dianggap bukan sosok tepat untuk mengelola partai, apalagi merekrut dukungan rakyat. Proses panjang lobi ke tokoh pusat dinilai sebagai indikasi lemahnya manajemen kepemimpinan. Jika arah Musda hanya menjadi alat tawar-menawar untuk jabatan politik pribadi, dikhawatirkan Golkar Lampung tidak akan berkembang.
“Jika dinamika saat ini benar-benar menjadi hasil Musda, maka Partai Golkar hanya akan menjadi Penjaga KEBUN semata. Partai Golkar (PG) bisa saja berubah menjadi Partai GULAkuning,” tulis Mahalli AS, kader Golkar/SOKSI, dalam Opini-nya.***
Judul: Ada Dinamika Lama di Balik Musda Partai Golkar Lampung
Penulis: Mahali AS
Sumber: Romli Moershaf
Editor: Suprianto
99 total views